Sebab-sebab Utama Rasa Takut dan Cemas Ketika Berpidato
- Dalam hubungannya dengan penampilan di depan umum atau pidato,
biasanya ada seseorang yang merasa takut dan cemas yang sering disebut
dengan istilah demam panggung. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab
rasa takut dan cemas ini. Perasaan ini juga tidak hanya dimiliki oleh
pembicara pemula, tetapi juga sering dialami oleh pembicara yang telah
berpengalaman lama dalam masalah pidato. Hendrikus
(1991: 157) mengemukakan sebab-sebab utama rasa takut dan cemas sebelum
tampil di muka umum atau pada saat berpidato sebagai berikut:
- takut ditertawakan
- takut berhenti di tengah pembicaraan karena kehilangan jalan pikiran
- takut akan orang yang lebih tinggi kedudukannya di antara pendengar
- takut karena tidak menguasai tema
- takut membuat kesalahan
- takut karena situasi yang luar biasa
- takut mendapat kritik
- takut kalau tidak bisa dimengerti
- takut bahwa ceramah tidak lancar
- takut kalau ungkapannya jelek dan tidak jelas
- takut kehilangan muka
- takut akan mendapat pengalaman yang jelek
- takut karena membandingkan dengan pembicara lain yang lebih baik
- takut ditertawakan karena aksen yang salah
- takut kalau harapan pendengar tidak terpenuhi
- takut kalau direkam atau difilmkan
- takut kalau gerak mimik dan tubuh tidak sepadan, dsb.
Cara Mengatasi Rasa Takut dan Cemas
Rasa takut dan cemas dalam berpidato dapat diatasi dengan berbagai cara. Di antaranya yang terpenting adalah persiapan yang teliti! Kalimat pertama dan terakhir harus dapat dihafal! Oleh karena itu seorang pembicara perlu sekali:
Rasa takut dan cemas dalam berpidato dapat diatasi dengan berbagai cara. Di antaranya yang terpenting adalah persiapan yang teliti! Kalimat pertama dan terakhir harus dapat dihafal! Oleh karena itu seorang pembicara perlu sekali:
- membina kontak mata dengan pendengar
- mengembangkan aktivitas dari/pada mimbar
- jangan melambungkan tujuan terlalu tinggi
- menganggap pendengar sebagai kawan, bukan lawan
- berpikirlah bahwa Anda pasti tidak akan bisa memuaskan semua orang
- anggaplah tugasmu ini sebagai kesempatan untuk membuktikan diri dan bukan ujian atau percobaan
- kegagalan hendaknya dianggap sebagai kemenangan yang tertunda
- berusahalah untuk menenangkan diri dan batin lewat pernapasan yang baik
- pilihlah tema yang baik dan tepat bagi pendengar
- pendengar tidak menentang Anda! Mereka datang hanya untuk mendengar ceramah Anda
- ingatlah selalu kalimat ini: SAYA HARUS! SAYA MAU! SAYA SANGGUP!
- ingatlah bahwa segala keberhasilan di dalam hidup ini selalu didahului oleh rasa cemas dan takut.
Dalam
kaitannya dengan adanya rasa cemas dalam berpidato atau tampil di depan
umum, maka pembicara perlu memperhatikan dua belas hukum retorika,
yaitu:
- Kepandaian berbicara dapat dipelajari,
- Latihlah dirimu dalam teknik berbicara,
- Hilangkan perasaan cemas – latihlah berbicara sambil berpikir,
- Berpidato itu bukan membaca!
- Rumuskan tema pidato secara tajam!
- Pidato harus memiliki skema yang jelas!
- Awal yang menarik… penutup mengesankan!
- Saya tahu, saya mau, saya berhasil
- Tingkatkan argumentasi, dan siaga menghapi keberatan!
- Yang membuat sang retor bahagia adalah membawakan pidato!
- Bicaralah jelas!
- Latihan menciptakan juara!
Terkait dengan kesuksesan sebuah pidato, Hendrikus (2003) menyampaikan ciri-ciri pidato yang baik, antara lain.
1. Pidato yang saklik.
Pidato
itu saklik apabila memiliki objektivitas dan unsur-unsur yang
mengandung kebenaran. Ada hubungan yang serasi antara isi pidato dan
formulasinya, sehingga indah didengar. Ada hubungan yang jelas antara
pembeberan masalah dengan fakta dan pendapat atau penilaian pribadi.
2. Pidato yang jelas.
Pembicara harus memilih ungkapan dan susunan kalimat yang tepat dan jelas untuk menghindarkan salah pengertian.
3. Pidato yang hidup.
Untuk
menghidupkan sebuah pidato dapat dipergunakan gambar, cerita pendek,
dan kejadian-kejadian yang relevan sehingga memancing perhatian
pendengar. Pidato yang hidup dan menarik umumnya diawali dengan
ilustrasi, sesudah itu ditampilkan pengertian-pengertian abstrak atau
definisi.
4. Pidato yang memiliki tujuan.
Setiap
pidato harus memiliki tujuan, yaitu apa yang mau dicapai. Dalam
membawakan pidato, tujuan pidato harus sering diulang dalam rumusan yang
berbeda. Dalam satu pidato tidak boleh disodorkan terlalu banyak tujuan
dan pikiran pokok.
5. Pidato yang memiliki klimaks.
Berusahalah
menciptakan titik-titik puncak dalam pidato untuk memperbesar
ketegangan dan rasa ingin tahu pendengar. Klimaks itu harus muncul
secara organis dari dalam pidato itu sendiri dan bukan karena
mengharapkan tepukan tangan yang riuh dari para pendengar. Klimaks yang
dirumuskan dan ditampilkan secara tepat akan memberikan bobot kepada
pidato yang disampaikan.
6. Pidato yang memiliki pengulangan.
Pengulangan
dalam sebuah pidato itu penting karena dapat memperkuat isi pidato dan
memperjelas pengertian pendengar. Pengulangan juga dapat menyebabkan
pokok-pokok pidato tidak cepat dilupakan. Yang perlu diingat adalah
bahwa pengulangan hanya pada isi dan pesan, bukan pada rumusan. Hal ini
berarti bahwa isi dan arti tetap sama, akan tetapi dirumuskan dengan
mempergunakan bahasa yang berbeda.
7. Pidato yang berisi hal-hal yang mengejutkan.
Memunculkan
hal-hal yang mengejutkan dalam pidato berarti menciptakan hubungan yang
baru dan menarik antara kenyataan-kenyataan yang dalam situasi biasa
tidak dapat dilihat. Hal-hal yang mengejutkan itu dapat menimbulkan
ketegangan yang menarik dan rasa ingin tahu yang besar, tetapi tidak
dimaksudkan sebagai sensasi.
8. Pidato yang dibatasi.
Sebuah
pidato harus dibatasi pada satu atau dua soal yang tertentu saja.
Pidato yang isinya terlalu luas akan menjadi dangkal. Apabila menurut
pengamatan kita para pendengar sudah mulai risau atau bosan, maka pidato
harus segera diakhiri.
9. Pidato yang mengandung humor.
Humor
dalam sebuah pidato itu perlu, hanya saja tidak boleh terlalu banyak
sehingga memberi kesan bahwa pembicara tidak sungguh-sungguh. Humor itu
dapat menghidupkan pidato dan memberi kesan yang tak terlupakan pada
para pendengar. Humor dapat juga menyegarkan pikiran pendengar, sehingga mencurahkan perhatian yang lebih besar pada pidato selanjutnya.
Mungkin Yang Kamu Cari:
- Contoh Teks Mukadimah Pidato/ Ceramah Arab dan Indonesia
- Contoh Pidato Mentatati Tata Tertib Sekolah
- Contoh Khutbah Shalat Jumat Menggapai Keberkahan Hidup
- Contoh Pidato Anak tentang Sholat itu tiang agama
- Contoh Sambutan Panitia Hari Kemerdekaan dalam Bahasa Sunda
- Contoh Naskah Pidato Naskah Pidato HUT RI, 17 Agustus
- Contoh Pidato Sambutan Ketua Panitia dalam Acara Santunan Yatim Piatu
- Contoh Pidato Sambutan Ketua Kelompok KKN
- Contoh Pidato Sambutan Pada Acara Pengajian Rutin
- Contoh Pidato Sambutan Ketua OSIS dalam Acara Perpisahan Sekolah
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara Tahlilan
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara Santunan Anak Yatim Piatu
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara tasyakuran Ibadah Haji
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara peringatan Is’ro Mi’raj
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara Resepsi Aqiqah
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara Nuzulul Qur’an
- Contoh Pidato Tema Pendidikan | Pidato Hari Pendidikan Nasioal
- Contoh Khutbah Idul Adha Yang Baik dan Benar
- Contoh Pidato Hari Pendidikan Nasional
- Contoh Pidato Bahaya Merokok | Kumpulan Pidato
- Contoh Pidato Menyambut Hari Buruh Sedunia
- Contoh Pidato Sambutan pada Acara Halal Bihalal
- Contoh Pidato Menggali Potensi Wisata Bawah Laut di Indonesia
- Contoh Teks Pidato Bahasa Inggris tentang Pariwisata di Indonesia
- Kedudukan Pembelajaran Menulis Teks Pidato
- Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Teks Pidato dengan Metode Kolaborasi
- Sebab-sebab Utama dan Cara Mengatasi Rasa Takut dan Cemas Ketika Berpidato
Post a Comment for "Sebab-sebab Utama dan Cara Mengatasi Rasa Takut dan Cemas Ketika Berpidato"