Contoh Khutbah Idul Adha Yang Baik dan Benar - pada kesempatan kali ini akan berbagi Contoh Khutbah
Idul Adha (Hari Raya Qurban) yang bisa anda gunakan ketika anda
dipercaya menjadi khotib. Nah, berikut ini Contoh Khutbah Idul Adha bisa anda lihat selengkapnya di bawah ini :
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Segala
sanjungan puja dan puji syukur hanyalah kepada Allah SWT., atas segala
karunia kenikmatan yang kita terima dalam jumlah yang begitu besar
sehingga kita bisa hadir pada pagi hari yang agung ini untuk
melaksanakan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan
kehadiran sekitar empat juta jamaah haji dari segala penjuru dunia yang
sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Suara mereka
bertaut dengan suara kita, sambung-menyambung di angkasa raya dalam
pujian, takbir, tahlil dan tahmid. Ini karena kita semua disatukan dalam
nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT, yakni nikmat Iman dan Islam.
اللهُ اَكْبَرْ (3×)
Kaum Muslimin RahimakumuLlah.
Prosesi
manasik dalam ibadah haji dan perayaan ‘Idul Adha tidak terlepas dari
penapak tilasan dan mengenang kembali seorang Manusia Agung yang diutus
oleh Allah SWT. sebagai nabi dan rasul, yakni Nabi Ibrahim AS, yang juga
diangkat oleh Allah sebagai Imam/pemimpin untuk menjadi panutan seluruh
alam hingga akhir zaman. Keagungan pribadi nabi Ibrahim beserta
keluarga dan pengikutnya, serta keteguhannya dalam berjuang menegakkan
dakwah tauhid dan pemurnian loyalitas manusia kepada Allah, membuat kita
bahkan Nabi Muhammad harus mampu mengambil keteladanan darinya. Allah
SWT. berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
“Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah
selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami
dengan kamu kebencian dan permusuhan buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Allah saja..” (QS 60:4).
Banyak
hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; dalam khutbah yang singkat ini akan kami sampaikan
tiga hal yang menjadi isyarat bagi kaum Muslimin untuk mewujudkannya
dalam realitas kehidupan, apalagi bagi kita, kaum muslimin bangsa
Indonesia yang masih harus terus berjuang untuk mengatasi berbagai
persoalan besar yang menghantui kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Pertama,
belajar dari profil kehidupan Nabi Ibrahim AS. membuat kita harus
memberikan kepedulian yang lebih besar terhadap kesinambungan generasi
yang dapat memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran. Hal ini karena
ketika usia Nabi Ibrahim sudah semakin tua, kerinduannya pada generasi
penerus perjuangan menjadi semakin besar, dan ia pun harus berdo’a agar
Allah SWT. menganugerahkan kepadanya keturunan yang shaleh. Beliau
mengatakan dalam sebuah do’anya:
(رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ * الصافات: 100)
” Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shaleh”
Kondisi
generasi muda kita sekarang boleh dibilang cukup memprihatinkan.
Kasus-kasus perzinahan, pemerkosaan, pembunuhan, perkelahian/tawuran,
pencurian, narkoba, AIDS, dan berbagai kasus kriminal lainnya adalah
kasus-kasus yang banyak dilakukan oleh generasi muda kita.
Satu
hal yang harus kita ingat bahwa anak merupakan anugerah sekaligus
amanah. Sebagai anugerah dari Allah SWT, maka setiap orang tua harus
mensyukuri kehadiran sang anak, apapun jenis kelaminnya dan bagaimanapun
keadaan anak itu. Dalam kaitan dengan anak sebagai generasi pelanjut,
bahwa anak merupakan amanah dari Allah SWT yang tidak boleh
disia-siakan, anak selanjutnya harus dididik dengan sebaik-baiknya
sebagaimana Nabi Ibrahim dan Siti Hajar telah mendidik puteranya Ismail
dengan sedemikian baik. Sebagai seorang isteri dari seorang suami yang
aktif berjuang di jalan Allah dan meninggalkannya di satu lembah yang
tandus dan tak berpenghuni, Siti Hajar memberikan perhatian kepada
anaknya, Ismail dengan begitu baik, sehingga meskipun ia harus berusaha
mencari rezki sendiri yang dalam hal ini adalah mencari air, ia pergi
hingga ke bukit Shafa, namun ia khawatir pada anaknya, maka ia pun
berjalan kembali untuk melihat anaknya. Ketika dilihat anaknya dalam
keadaan baik, ia pun menuju Marwa. Inilah yang kemudian disebut dengan
Sa’I dari Shafa ke Marwa sebanyak tujuh kali. Di samping itu Allah SWT
juga mengabadikan perhatian dari orang tua yang begitu besar kepada
anaknya ini dengan apa yang dikenal dengan Hijir Ismail, alias pangkuan
Ismail, suatu tempat yang begitu mulia di Ka’bah yang di situlah dahulu
Ismail diasuh, dididik dan dibesarkan dalam pangkuan ibundanya, Siti
Hajar.
Untuk
bisa melahirkan generasi yang shaleh, yang harus menjadi shaleh
terlebih dahulu adalah kita sebagai orang tuanya. Sangat jarang terjadi
orang tua mendambakan anaknya menjadi shaleh sementara ia sendiri tidak
shaleh. Hal ini karena mendidik anak harus dimulai dengan keteladanan
yang baik dari lingkungan keluarganya, karenanya bagaimana mungkin orang
tua bisa mendidik anak-anaknya dengan baik kalau ia sendiri tidak bisa
memberi contoh yang baik. Perhatian dan kepedulian terhadap kaderisasi
generasi muda harus menjadi agenda utama setiap pemimpin dan calon
pemimpin bangsa ini, karena di tangan generasi muda lah terletak masa
depan yang diharapkan lebih baik dari masa kini.
اللهُ اَكْبَرْ (3×)
Ma’aasyiral Muslimin RahimakumulLah.
Kedua,
yang menjadi pelajaran dari profil Nabi Ibrahim AS. dan keluarganya
adalah keharusan mempertahankan dan memperkokoh idealisme sebagai
seorang mu’min yang senantiasa berusaha untuk berada pada jalan hidup
yang benar, apapun keadaannya dan bagaimanapun situasi dan kondisinya.
Begitulah memang, yang telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS dan
keluarganya dalam mempertahankan dan memperjuangkan ideologi Tauhid
dengan hujjah, argumentasi atau alasan yang kuat. Dalam sejarah Nabi
Ibrahim, kita dapatkan beliau menghancurkan berhala-berhala yang biasa
disembah oleh masyarakat di sekitarnya, saat itu Ibrahim adalah seorang
anak remaja, sebagaimana yang tercermin dalam firman Allah SWT yang
menceritakan hal ini: (الأنبياء: 58-60)
58) فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلاَّ كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ
59) قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ
60) قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ
“Maka
Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, kecuali
yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali ( untuk
bertanya) kepadanya. Mereka berkata: Siapakah yang melakukan perbuatan
ini terhadap tuhan-tuhan sembahan kami, sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang zalim. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang anak
remaja yang mencela tuhan-tuhan ini, namanya Ibrahim”.
Untuk
mempertahankan idealismenya ini, Ibrahim bahkan siap untuk terus
berjuang sampai mati, meskipun harus berjuang di wilayah lain, ia
menyebut dirinya sebagai orang yang pergi (berhijrah) kepada Allah SWT,
Tuhannya Yang Esa. Dalam hal ini Nabi Ibrahim menyatakan di hadapan
orang-orang kafir: (الصافات: 99)
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ
” Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi (berhijrah) kepada Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.
Oleh
karena itu, idealisme yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS tidak hanya
saat ia masih muda belia, tapi bandingkan dengan suatu peristiwa yang
amat menakjubkan, saat Ibrahim diperintah oleh Allah SWT untuk
menyembelih puteranya, Ismail, dalam peristiwa pengorbanan yang sangat
terkenal itu, saat itu Ibrahim sudah sangat tua, sedangkan Ismail adalah
anak kesayangannya yang sangat didambakan sejak lama. Maka Ibrahim pun
melaksanakan perintah Allah SWT yang terasa jauh lebih berat dari
sekedar menghancurkan berhala-berhala di masa mudanya. Ini menunjukkan
kepada kita bahwa Nabi Ibrahim AS memiliki idealisme sekaligus loyalitas
dan totalitas yang tinggi kepada Allah semenjak masih muda sampai ia
sudah tua. Dan inilah yang amat dibutuhkan dalam kehidupan di negeri
kita, jangan sampai ada generasi yang pada masa mudanya menentang
kezaliman, tapi ketika ia berkuasa pada usia yang lebih tua justeru ia
sendiri yang melakukan kezaliman yang dahulu ditentangnya itu. Jangan
sampai ada generasi yang semasa muda menentang korupsi, tapi saat ia
berkuasa di usianya yang sudah semakin tua justeru ia sendiri yang
melakukan korupsi padahal dahulu sangat ditentangnya. Dalam kehidupan
sekarang, kita dapati banyak orang yang tidak mampu mempertahankan
idealisme atau dengan kata lain tidak istiqomah sehingga apa yang dahulu
diucapkan dan diperjuangkan tidak tercermin dalam langkah dan kebijakan
hidup yang ditempuhnya, apalagi hal itu dilakukan karena terpengaruh
oleh sikap dan prilaku orang lain, teman sejawat atau kelompoknya yang
tidak baik. Karena itu, Rasulullah SAW, mengingatkan dalam haditsnya:
عَنْ
حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ
أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ
إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا
مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
رواه الترمذي
Janganlah
kamu menjadi orang yang ikut-ikutan dengan mengatakan, kalau orang lain
berbuat baik kami pun berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami
pun akan berbuat zalim. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berperinsip:
jika orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau
orang lain berbuat kejahatan maka janganlah kamu berbuat zalim (seperti
mereka).
اللهُ اَكْبَرْ (3×)
Jamaah Shalat ‘Ied yang dimuliakan Allah.
Ketiga,
dari sekian banyak ‘Ibrah dari pribadi Nabi Ibrahim dan keluarganya
adalah pelajaran tentang kepemimpinan (Imamah). Di mana Allah telah
memilih Nabi Ibrahim sebagai pemimpin bagi umat manusia atas berbagai
prestasinya yang gemilang dalam banyak ujian yang telah dilaluinya.
Dalam hal ini Allah menyebutkan dalam Al Qur’an:
وَإِذِ
ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي
جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ
عَهْدِي الظَّالِمِينَ
(البقرة: 124).
”
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat
(perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya secara sempurna.
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi
seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari
keturunanku”. Allah berfirman: ” Janjiku ini tidak mencakup orang-orang
yang zalim”.
Ujian
Allah terhadap Nabi Ibrahim AS. cukup banyak, diantaranya, perintah
untuk berdakwah memurnikan ketauhidan ummat manusia yang telah
terkontaminasi oleh perbuatan syirik (menyekutukan Allah), perintah
menyembelih puteranya Ismail, membangun Ka’bah dan membersihkan Ka’bah
dari kemusyrikan, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain. Selanjutnya
Allah mengangkat Ibrahim sebagai pemimpin bagi manusia. Pemimpin yang
menjadi tauladan yang baik dan berlaku bijak dan adil terhadap rakyat
yang dipimpinnya. Pemimpin manusia di bidang misi risalah yang
diembannya dari Allah SWT, di bidang kehidupan beragama, politik, hukum,
ekonomi dan lain-lain. Pemimpin yang berjuang untuk mengangkat martabat
rakyatnya agar menjadi bangsa yang punya ‘izzah, berwibawa di mata
Allah dan di dalam percaturan dunia. Tetapi Nabi Ibrahim berharap agar
kepemimpinannya itu kelak akan diwariskan kepada anak cucunya, tetapi
Allah memberikan ketentuan bahwa Imamah atau kepemimpinan ini tidak akan
diberikan-Nya kepada orang-orang yang berbuat zalim; zalim terhadap
dirinya dengan berbuat syirik (menyekutukan) kepada Allah, atau berbuat
zalim kepada umat manusia dengan cara mengkhianati amanah yang telah
dipercayakan kepadanya. Di dalam sejarah, kita mengenal banyak nabi dan
rasul yang diutus oleh Allah untuk menjadi pemimpin manusia dari anak
keturunan Nabi Ibrahim AS, dan yang terakhir adalah Nabi kita Muhammad
SAW. Tapi tidak jarang dari anak keturunan Ibrahim yang berlaku zalim
seperti orang-orang Yahudi dan bangsa Arab Jahiliyah yang tidak mampu
mewarisi misi dakwah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS, yang akhirnya
Allah menghinakan mereka.
Di
dalam kehidupan kekinian, cukup relevan untuk dikemukakan bahwa di
dalam memilih pemimpin haruslah kita berhati-hati, jangan sampai kita
memilih orang yang zalim sebagai pemimpin kita; karena sudah dapat
dipastikan Allah akan menghancurkan orang-orang yang zhalim, dan kita
yang memilihnya pun akan ikut binasa. Allah berfirman:
فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ
(إبراهيم: 13).
“..maka Tuhan mewahyukan kepada para rasul: Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zhalim”. (Ibrahim:13).
Dan
di akhirat, para pemimpin yang zalim dan para pemilih dan pengikutnya
akan sama-sama disiksa di neraka dengan azab yang sangat pedih. Mari
kita simak firman Allah berikut ini:
66) يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ
67) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ
68) رَبَّنَا ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
(الأحزاب: 66-68).
“Pada
hari ketika muka mereka dibolak-balikkan (atau disate) di neraka,
mereka berkata, ‘alangkah baiknya seandainya kami taat kepada Allah dan
taat pula kepada Rasul. Dan mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya
kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu
mereka menyesatkan kami dari jalan kebenaran. Ya Tuhan kami, timpakanlah
kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan
yang besar”.
Kepemimpinan
di dunia ini memang terkadang jatuh ke tangan orang-orang yang zalim
akibat lemahnya orang-orang yang shaleh, padahal orang-orang shalehlah
yang paling berhak menjadi pemimpin di muka bumi ini. Allah berfirman:
(أن الأرض يرثها عبادي الصالحون* الأنبياء: 105)
“..Sesungguhnya bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh“.
Berbagai
prilaku arogan yang dipertontonkan oleh orang-orang zalim di dunia kini
adalah akibat dari kelemahan orang-orang shaleh, praktek-praktek buruk
seperti korupsi, kolusi, nepotisme dan berbagai ketidak adilan dalam
pemerintahan yang dilakukan orang-orang yang zalim adalah akibat dari
lemahnya orang-orang yang shaleh. Karena itu orang-orang yang beriman
haruslah memilih orang yang shaleh yang memiliki visi dan misi
kepemimpinan sebagaimana misi kepemimpinan nabi Ibrahim, yakni misi
dakwah dan reformasi di semua sektor kehidupan. Barangsiapa yang memilih
orang zalim sebagai pemimpinnya, maka ia ikut bertanggung jawab atas
semua kezalimannya di hadapan mahkamah Allah SWT dan bertanggung jawab
juga kepada rakyat.
Untuk
memilih pemimpin yang shaleh, kita dapat melihat track record
kepribadiannya di masa lalunya, secara vertikal ia harus baik hubungan
ibadahnya kepada Allah SWT, dan secara horisontal ia selalu berbuat adil
dan bijaksana serta penuh kasih sayang dan berakhlak baik kepada sesama
manusia. Kondisi akhlak dan pendidikan keluarga dan anak-anaknya.
Karena atas dasar inilah Nabi Ibrahim dipilih oleh Allah SWT. sebagai
imam (pemimpin) bagi semua manusia. Hanya dengan kejelian dan penuh rasa
tanggung jawab kita dalam memilih pemimpin yang shalih, beriman dan
bertakwa serta memiliki dedikasi yang tinggi kepada Sang Khalik, di
samping berakhlak mulia dan penuh kepedulian kepada sesamanya, negeri
ini diharapkan dapat keluar dari krisis multidimensi, dan menjadi negeri
yang penuh berkah dan maghfirah dari Allah SWT. “Baldatun Thoyyibatun
Warobbun Ghofuur”.
Ma’aasyiral Muslimin RohimakumuLlah.
Dari
uraian khutbah kita yang singkat pada pagi ini, dapat kita simpulkan
bahwa sebagai seorang Muslim kita sangat dituntut untuk menunjukkan
komitmen atau keterikatan dan loyalitas kita kepada Allah SWT. dengan
menegakkan nilai-nilai Islam yang telah diturunkan-Nya, sebagai apapun
kita dan di manapun posisi kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, atau
bermasyarakat dan berbangsa. Karenanya, Rasulullah SAW berpesan kepada
kita agar selalu bertaqwa kepada Allah SWT di manapun kita berada.
بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ
بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah kedua:
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ
كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Mungkin Yang Kamu Cari:
- Contoh Teks Mukadimah Pidato/ Ceramah Arab dan Indonesia
- Contoh Pidato Mentatati Tata Tertib Sekolah
- Contoh Khutbah Shalat Jumat Menggapai Keberkahan Hidup
- Contoh Pidato Anak tentang Sholat itu tiang agama
- Contoh Sambutan Panitia Hari Kemerdekaan dalam Bahasa Sunda
- Contoh Naskah Pidato Naskah Pidato HUT RI, 17 Agustus
- Contoh Pidato Sambutan Ketua Panitia dalam Acara Santunan Yatim Piatu
- Contoh Pidato Sambutan Ketua Kelompok KKN
- Contoh Pidato Sambutan Pada Acara Pengajian Rutin
- Contoh Pidato Sambutan Ketua OSIS dalam Acara Perpisahan Sekolah
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara Tahlilan
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara Santunan Anak Yatim Piatu
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara tasyakuran Ibadah Haji
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara peringatan Is’ro Mi’raj
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara Resepsi Aqiqah
- Contoh Teks MC/ Pembawa Acara Nuzulul Qur’an
- Contoh Pidato Tema Pendidikan | Pidato Hari Pendidikan Nasioal
- Contoh Khutbah Idul Adha Yang Baik dan Benar
Post a Comment for "Contoh Khutbah Idul Adha Yang Baik dan Benar"